BAB I
PENDAHULUAN
Mengajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan seseorang
secara sadar untuk merubah tingkah laku atau memberikan keterampilan baru
kepada seseorang. Kegiatan mengajar dalam kehidupan manusia tidak akan bisa
dielakkan dalam proses perkembangan manusia. Dan mengajar selalu dikaitkan
dengan belajar sehingga menjadi dua kata yaitu “Belajar dan Mengajar” yang
disatukan menjadi suatu istilah “Proses Pembelajaran”. Kata mengajar sendiri
mempunyai akar kata yang sama dengan belajar yaitu berasal dari kata “ajar”.
Secara harfiah kata “mengajar” diartikan kepada “memberikan pelajaran”.
Artinya, mengajar sebagai suatu pekerjaan melibatkan berbagai hal, yaitu guru
sebagai pengajar, materi pelajaran dan pelajar.
Dengan demikian mengajar dapat diartikan kepada suatu aktivitas
atau kegiatan yang dilakukan seseorang yang dapat membuat orang lain mengetahui
atau menguasai suatu ilmu atau menguasai suatu ketrampilan yang baru. Sedangkan
secara deskriptif diartikan sebagai suatu aktivitas dari proses penyampaian
informasi atau pengetahuan dari seseorang guru kepada siswa (Proses
pembelajaran). Dalam hal ini, istilah proses pembelajaran atau mentransfer ilmu
diartikan sebagai proses menyebarluaskan untuk proses mengajar, sebagai proses
penyampaian pengetahuan, akan lebih tepatnya sebagai penanaman ilmu
pengetahuan.
Sedangkan dalam teori mengajar Ausubel disebutkan bahwa mengajar
adalah memberikan bahan verbal yang bermakna bagi siswa. Inti utama dalam
mengajar ialah mengindentifikasi apa yang telah diketahui siswa dan menerangkan
apa yang perlu diketahuinya lebih lanjut serta bagaimana menstrukturkannya
sehingga apa yang dipelajarinya tersebut mudah untuk dipahami sebagai sesuatu
kebutuhan pengetahuan yang utuh.
BAB II
PEMBAHASAN
Mengajar Bahan Verbal Yang Bermakna
Mengajarkan bahan verbal yang bermakna menurut Ausubel, seseorang memperoleh
pengetahuan lebih utama melalui resepsi(penerimaan:recepsion)dari pada melalui
penemuan(discovery). Konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan gagasan-gagasan
dipresentasikan dan dipahami, tidak ditemukan. Semakin presentasi terorganisasidan
terfokus, semakin mendalam seseorang akan belajar. Ausubel menekankan apa yang
disebut sebagai meaningful verbal learning(belajar verbal bermakna)informasi
verbal, gagasan-gagasan, dan hubungan-hubungan antar gagasan diperoleh secara
bersama-sama. Mengingat hafalan tidak dianggap sebagai belajar bermakna, karena
bahan-bahan yang dipelajari dengan cara menghafal tidak membentuk hubungan
dengan pengetahuan yang telah ada atau yang telah dimiliki.
Ausubel telah mengusulkan model pembelajaran ekspositori untuk
memberdayakan kebermaknaan belajar dari pada belajar penerimaan dengan
menghafal. (Disini ekspositori/paparan berarti penjelasan), pada pendekatan
ekspositori guru mempresentasikan bahan-bahan dengan diorganisasikan secara
hati-hati, diurutkan, dan dalam bentuk jadi, sehingga siswa dapat belajar
secara efisien. Ausubel juga sependapat dengan Bruner dalam hal bahwa seorang
pelajar(orang yang sedang dalam belajar)dengan mengorganisikan informasi
menjadi hirarki dan sistem koding. Ausubel menyebut konsep umum yang terdapat
pada puncak sistem sebagai sumber, karena semua konsep adalah bagian yang
terdapat dibawahnya. Tetapi Ausubel meyakini bahwa belajar harusnya dilakukan
secara deduktif, bukan secara induktif sebagaimana yang diyakini oleh Bruner.
Ausubel merekomendasikan untuk mengajar aturan atau prinsip atau konsep
terlebih dahulu, baru kemudian contoh-contohnya, dari yang general ke yang
spesifik, dari yang umum ke yang khusus.
Pembelajaran yang mengacu pada pendapat Ausubel selalu dimulai
dengan sebuah advance organizer. Belajar secara optimal akan terjadi bila ada
potensial kecocokan antara skema kognitif siswa dengan bahan-bahan yang akan
dipelajari. Advance organizer akan menjadi sebuah pernyataan pembuka tentang
hubungan konsep utama (level atas) dengan informasi-informasi lain yang akan
mengikuti. Fungsi advance organizer adalah untuk menyediakan perancah
(scaffolding) atau suport terhadap informasi baru. Advance organizer juga dapat
dipandang seebagai jembatan antara bahan-bahan pembelajaran baru dengan
pengetahuan yang telah dimiliki siswa.
Dalam teori mengajar menurut Ausubel ini sering juga disebutkan
bahwa mengajar adalah memberikan bahan verbal yang bermakna bagi siswa. Inti
utama dalam mengajar adalah mengindentifikasi apa yang telah diketahui siswa
dan menerangkan apa yang perlu diketahuinya lebih lanjut serta bagaimana
menstrukturnya sehingga apa yang dipelajarinya tersebut mudah untuk dipahami
sebagai suatu kebulatan pengetahuan yang utuh berhubungan dengan itu, maka
Ausubel mengemukakan konsep antar lain:
a. Bahan Pengait
Berupa bahan atau materi pembelajaran lain akan tetapi sangat
berkaitan dengan materi yang akan atau sedang diajarkan. Sehingga guru dituntut
untuk tahu dan dapat mengajari bahan-bahan lain yang berkaitan dengan materi
yang disajikan. Seperti jika seorang guru menerangkan tentang gerhana matahari
total maka bahan pengaitannya adalah perdasaran planet. Guna bahan pengait agar
bahan pelajaran verbal mudah dipahami, maka bahan pelajaran tersebut perlu
dibantu dengan suatu bahan yang disebut “advance organizer”.
b. Kebermaknaan
Mempelajari bahan pelajaran dengan
berusaha menghayati makna logis dan makna psikologis dari materi yang
disajikan.
· Makna logis terdapat dalam kamus atau
dengan perkataan lain adalah makna yang tidak terbantah kebenarannya. Makna
logis yaitu dari isi konsep dan tergantung kepada hakekat dari bahan yang
dipelajari serta keterhubungannya bersifat umum.
· Makna psikologis yaitu menurut persepsi
seseorang terhadap apa yang diterimanya, sehingga bisa saja makna psikologis
ini akan berbeda masing-masing orang. Makna Psikologis juga diartikan sebagai
makna individual yang mungkin berbeda bagi setiap siswa, tergantung pada makna
logis setiap pribadi yang merupakan bagain integralari struktur kognitif
masing-masing siswa.
Syarat belajar
bermakna :
§ Siswa harus memiliki kesiapan berupa
kemampuan untuk menghubungkan konsep baru yang akan dipelajari dengan konsep
pelajaran baru haruslah mengandung kebermaknaan logis
§ Siswa mengetahui unsur dari konsep,
prinsip dan ide yang terkandung dalam bahan pelajaran baru yang perlu
dihubungkan dengan struktur kognitif yang telah dikuasai.
§ Bahan lama yang telah dikuasai
Langkah-langkah
mendorong ke arah belajar bermakna :
1. Mendorong terciptanya kesiapan belajar
pada diri siswa
2. Mencegah terjadinya cara belajar menghafal
3. Mengecek apakah siswa telah menguasai
konsep-konsep dasar yang diperlukan untuk mempelajari bahan pelajaran baru
4. Menghubungkan pengetahuan yang telah
dimiliki siswa dengan pengetahuan baru yang akan dipelajari
5. Mengusahakan bahan pengait untuk
memudahkan dalam memahami bahan pelajaran baru
c. Belajar bermakna (meaningful learning)
yang digagas David P. Ausubel adalah suatu proses pembelajaran dimana siswa
lebih mudah memahami dan mempelajari, karena guru mampu dalam memberi kemudahan
bagi siswanya sehingga mereka dengan mudah mengaitkan pengalaman atau
pengetahuan yang sudah ada dalam pikirannya. Sehingga belajar dengan “membeo”
atau belajar hafalan (rote learning) adalah tidak bermakna (meaningless) bagi
siswa. Belajar hafalan terjadi karena siswa tidak mampu mengaitkan pengetahuan
baru dengan pengetahuan yang lama.
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi belajar bermakna menurut
Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan
dalam suatu bidang studi tertentu dan pada waktu tertentu. Seseorang belajar
dengan mengasosiasikan fenomena baru ke dalam skema yang telah ia punya. Dalam
prosesnya siswa mengkonstruksi apa yang ia pelajari dan ditekankan pelajar
mengasosiasikan pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam system pengertian yang telah dipunyainya.
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi
kognitif siswa melalui proses belajar bermakna. Mereka yang berada pada tingkat
pendidikan dasar, akan lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktifitas,
dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan pada tingkat
pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika menggunakan penjelasan,
peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi.
Empat tipe belajar menurut Ausubel, yaitu:
Empat tipe belajar menurut Ausubel, yaitu:
- Belajar dengan penemuan yang bermakna, yaitu mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajarinya atau siswa menemukan pengetahuannya dari apa yang ia pelajari kemudian pengetahuan baru itu ia kaitkan dengan pengetahuan yang sudah ada.
- Belajar dengan penemuan yang tidak bermakna, yaitu pelajaran yang dipelajari ditemukan sendiri oleh siswa tanpa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya, kemudian dia hafalkan.
- Belajar menerima (ekspositori) yang bermakna, materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru itu dikaitkan dengan pengetahuan yang ia miliki.
- Belajar menerima (ekspositori) yang tidak bermakna, yaitu materi pelajaran yang telah tersusun secara logis disampaikan kepada siswa sampai bentuk akhir, kemudian pengetahuan yang baru itu dihafalkan tanpa mengaitkannya dengan pengetahuan yang ia miliki.
Prasyarat
agar belajar menerima menjadi bermakna menurut Ausubel, yaitu:
- Belajar menerima yang bermakna hanya akan terjadi apabila siswa memiliki strategi belajar bermakna,
- Tugas-tugas belajar yang diberikan kepada siswa harus sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa,
- Tugas-tugas belajar yang diberikan harus sesuai dengan tahap perkembangan intelektual siswa.
Jadi belajar bermakna (meaningful learning) itu sendiri dapat
diartikan sebagai suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep
relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Kebermaknaan belajar
sebagai hasil dari peristiwa mengajar ditandai oleh terjadinya hubungan antara
aspek-aspek, konsep-konsep, informasi atau situasi baru dengan
komponen-komponen yang relevan di dalam struktur kognitif siswa. Proses belajar
tidak sekedar menghafal konsep-konsep atau fakta-fakta belaka, tetapi merupakan
kegiatan menghubungkan konsep-konsep untuk menghasilkan pemahaman yang utuh,
sehingga konsep yang dipelajari akan dipahami secara baik dan tidak mudah
dilupakan. Dengan demikian, agar terjadi belajar bermakna maka guru harus
selalu berusaha mengetahui dan menggali konsep-konsep yang telah dimiliki siswa
dan membantu memadukannya secara harmonis konsep-konsep tersebut dengan
pengetahuan baru yang akan diajarkan.
Dengan kata lain, belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami
langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera
daripada hanya mendengarkan orang/guru menjelaskan. Pembelajaran itu sendiri
pada hakekatnya adalah suatu proses interaksi antar anak dengan anak, anak
dengan sumber belajar dan anak dengan pendidik. Kegiatan
pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam
lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual,
artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan
perkembangannya dan lingkungannya.
Ada beberapa defenisi mengajar menurut Ausubel, yaitu:
1. Menanamkan pengetahuan pada anak
2. Menyampaikan kebudayaan pada anak
3. Mengatur lingkungan terjadi PMB
Cara
mengajar menurut Ausubel:
1. Guru harus memahami
§ Mampu melaksanakan komunikasi dengan baik
§ Mampu mengintegrasi diri dengan bahan yang
diajarkan
§ Mengenal dengan baik murid-muridnya
§ Menguasai belajar dengan baik
2. Gaya mengajar
§ Cara berdiri didepan kelas
§ Cara bergerak dan berjalan
§ Gerakan tangan yang dilakukan
§ Pandagan mata
§ Mimik dan gerak muka
§ Suara
§ Sikap berdiri
§ Cara menulis
§ Cara bertanya
§ Cara menenangkan kelas
§ Cara memuji
BAB
III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Ausubel berpendapat bahwa guru harus dapat mengembangkan potensi
kognitif siswa melalui proses belajar bermakna. Mereka yang berada pada tingkat
pendidikan dasar, akan lebih bermanfaat jika siswa diajak beraktifitas,
dilibatkan langsung dalam kegiatan pembelajaran. Sedangkan pada tingkat
pendidikan yang lebih tinggi, akan lebih efektif jika menggunakan penjelasan,
peta konsep, demonstrasi, diagram dan ilustrasi. Kegiatan pembelajaran ini akan
menjadi bermakna bagi anak jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan
memberikan rasa aman bagi anak.
2. Saran
Sebaiknya seorang guru harus mampu dalam memberi kemudahan bagi
siswanya sehingga mereka dengan mudah mengaitkan pengalaman atau pengetahuan
yang sudah ada dalam pikirannya. Guru baiknya tidak menggunakan proses belajar
dengan cara menghafal karena murid akan bosan dengan cara guru yang menghafal.
Proses belajar menghafal biasanya memberatkan muridnya.
Las Vegas - Casino, Restaurants - JSHHub
BalasHapusFind your perfect location in 양산 출장샵 Las Vegas, 전라북도 출장마사지 NV at JTM Hub. From slots to table games, 광양 출장안마 find your 부산광역 출장마사지 way around the casino 공주 출장샵 and discover the excitement of